Fungsi JavaScript bukan hanya digunakan untuk pengembangan frontend, tetapi juga untuk pengembangan backend. Dengan berbagai framework JavaScript, para developer dapat mengembangkan aplikasi yang scalable, tepat, cepat, dan efisien.
Dalam artikel ini, Anda akan mengetahui berbagai framework JavaScript yang digunakan untuk pengembangan backend. Namun, sebelum itu, mari kita ketahui kerangka kerja backend JavaScript.
Kerangka Kerja Backend JavaScript
Frameworks dan JavaScript libraries adalah bagian yang penting dalam pengembangan website front-end. Banyak perusahaan yang menggunakan berbagai kerangka kerja sebagai standar pekerjaan mereka.
Kerangka kerja inilah yang membantu para pengembang dalam mengelola server, API, dan jaringan dengan lebih mudah.
Beberapa framework ini juga menyediakan fitur bawaan untuk keamanan, autentikasi, dan optimasi performa.
Selain itu, framework juga memudahkan pengembangan untuk fokus pada logika bisnis aplikasi daripada harus mengurusi konfigurasi yang kompleks.
Dengan pendekatan yang lebih modular dan berbasis plugin, framework backend JavaScript memberikan fleksibilitas tinggi kepada developer dalam membangun sistem yang efisien.
Selain itu, framework modern juga mendukung TypeScript yang semakin meningkatkan keterbacaan kode dan keandalan aplikasi.
Namun, apa itu TypeScript? TypeScript adalah bahasa pemrograman untuk mempermudah pengembang untuk mendeteksi error lebih awal dalam proses pengembangan.
TypeScript menyisipkan sintaksis ke JavaScript, sehingga JavaScript editor dapat menangkap error dalam proses pengkodingan.
Daftar Framework JavaScript Terbaik untuk Backend Developer

Lantas, apa saja kerangka kerja atau framework terbaik untuk backend developer? Berikut adalah daftar-daftar framework JS untuk backend:
1. Express.js
Kerangka kerja yang pertama, yaitu Express.js. Express.js adalah framework backend JavaScript populer yang dibangun di atas Node.js.
Framework ini memberikan fleksibilitas yang tinggi dalam pengembangan API dan aplikasi web. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari kerangka kerja ini:
Kelebihan:
- Performa cepat dan ringan.
- Dukungan komunitas yang besar.
- Middleware yang dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan.
- Dokumentasi yang luas dan mudah dipahami.
- Dukungan terhadap banyak database, termasuk MongoDB, PostgreSQL, dan MySQL.
Kekurangan:
- Tidak memiliki struktur yang baku dan kurangnya standar pengkodean, sehingga bisa menyebabkan kode tidak terorganisir.
2. NestJS
Framework selanjutnya adalah NestJS. NestJS adalah framework progresif yang berbasis TypeScript. Adapun fungsi NestJS adalah untuk mengembangkan aplikasi sisi server yang skalabel.
Kerangka kerja ini terdiri dari beberapa elemen, seperti Object-Oriented Programming (OOP), Functional Programming (FP), dan Functional Reactive Programming (FRP).
Kelebihan:
- Memiliki struktur kode yang bersih.
- Dokumentasi yang terpelihara dan terstruktur dengan baik.
Kekurangan:
- Kurva belajar lebih tinggi dibandingkan Express.js.
- Tidak beginner friendly karena kerangka kerja NestJS terinspirasi dari Angular yang relatif sulit bagi developer pemula.
3. Fastify
Kerangka kerja ini merupakan pendatang baru karena baru dirilis di tahun 2015. Namun, Fastify dikenal dengan pendekatan minimalis yang mengedepankan kecepatan dan efisiensi.
Kelebihan:
- Ringan dan cepat dibandingkan dengan Express.js.
- Mendukung TypeScript secara native.
- Plugin ekosistem yang luas.
- Menggunakan skema JSON untuk validasi data yang lebih cepat.
- Konsumsi memori lebih rendah dibandingkan framework lain.
Kekurangan:
- Dokumentasi dan komunitas lebih kecil dibandingkan dengan Express.js.
- Kurang fleksibel dalam beberapa kasus penggunaan kompleks.
4. Koa.js
Koa.js juga dirilis tidak jauh sebelum Fastify, yaitu tahun 2014. Framework backend JavaScript ini dikembangkan oleh tim yang sama dengan Express.js. Namun, Koa.js ini menawarkan pendekatan yang lebih modern.
Kelebihan:
- Middleware yang lebih fleksibel.
- Menggunakan async/await untuk penanganan request yang lebih efisien.
- Struktur yang lebih ringan dibandingkan dengan Express.
- Tidak memiliki dependensi bawaan, sehingga lebih customizable.
- Lebih baik dalam menangani error dibandingkan dengan Express.js.
Kekurangan:
- Komunitas lebih kecil dibandingkan dengan Express.js.
- Harus mengimplementasikan banyak fitur dasar secara manual.
5. Hapi.js
Hapi.js adalah kerangka kerja yang berfokus pada keamanan dan skalabilitas. Kerangka kerja ini telah banyak digunakan oleh perusahaan besar untuk membangun API yang kuat.
Kelebihan:
- Validasi request yang kuat.
- Cocok untuk API atau aplikasi web yang membutuhkan keamanan tinggi.
- Dokumentasi yang lengkap.
Kekurangan:
- Kurva belajar yang kompleks.
- Kustomisasi yang terbatas.
6. Meteor.js
Meteor.js adalah kerangka kerja full-stack yang mempermudah pengembangan aplikasi frontend dan backend secara bersamaan.
Kelebihan:
- Real-time data synchronization.
- Beginner friendly.
- Integrasi dengan MongoDB secara seamless.
- Dukungan komunitas dan ekosistem yang luas.
Kekurangan:
- Kurang fleksibel dalam pemilihan database selain MongoDB.
Baca Juga: 10 Framework Front End Terpopuler yang Wajib Anda Pelajari
7. Adonis JS
Adonis JS merupakan framework Node.js yang rilis di tahun 2016. Kerangka kerja ini dirancang untuk produktivitas yang tinggi dengan struktur yang kuat dan fitur bawaan yang cukup lengkap.
Kelebihan:
- Memiliki fitur yang lengkap, di antaranya seperti Model-View-Controller (MVC), Lucid ORM, middleware dan routing, dan lain sebagainya.
Kekurangan:
- Tidak sepopuler kerangka kerja lain, sehingga sumber daya belajar lebih terbatas.
Baca Juga: Golang Framework: Keunggulan dan Framework Pilihannya
Kriteria Memilih Framework JavaScript yang Tepat
Memilih framework backend JavaScript yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan proyek dan keahlian tim developer. Berikut beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan:
1. Kecepatan dan Performa
Kriteria pertama yang harus Anda perhatikan dalam memilih kerangka kerja adalah performa dan kecepatannya.
Framework yang cepat dan efisien dalam menangani request akan membantu meningkatkan pengalaman pengguna dan mengurangi beban server.
2. Kemudahan Penggunaan
Framework yang memiliki dokumentasi lengkap dan komunitas yang besar akan mempermudah pengembangan.
3. Struktur dan Fleksibilitas
Framework dengan struktur yang jelas akan membantu tim untuk bekerja lebih efisien dan mengurangi risiko kode yang berantakan.
4. Keamanan
Fitur keamanan bawaan seperti proteksi terhadap serangan XSS dan SQL injection akan membantu melindungi aplikasi.
5. Kompatibilitas dengan Database
Anda juga harus memastikan bahwa framework mendukung database yang digunakan dalam proyek, seperti MongoDB, PostgreSQL, atau MySQL.
6. Dukungan Komunitas
Framework yang memiliki komunitas besar dan aktif akan lebih mudah dalam hal troubleshooting dan pengembangan fitur tambahan.
Baca Juga: GG Node Jam: A Node.js Virtual Coding Jam – Video Live
Kembangkan Aplikasi Anda Bersama GeekGarden
Itulah dia penjelasan tentang framework JavaScript untuk backend dev. Kerangka kerja JavaScript untuk backend menawarkan berbagai solusi untuk membangun aplikasi yang efisien dan skalabel.
Pemilihan framework yang tepat harus disesuaikan dengan kebutuhan proyek dan kemampuan tim developer.
Jika Anda hendak membuat aplikasi kustom yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, GeekGarden dapat menjadi solusi yang tepat.

GeekGarden Software House Indonesia adalah perusahaan IT yang berpusat di Yogyakarta yang menyediakan layanan custom software development.
Kami sudah bekerja sama dengan berbagai mitra bisnis, baik lokal maupun internasional. Anda tidak perlu ragu karena GeekGarden sudah mendapat sertifikasi ISO dan PSE dari Kominfo.
Tim pengembang kami juga sudah berpengalaman di berbagai framework JavaScript dalam mengembangkan aplikasi.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera konsultasikan kebutuhan spesifik bisnis Anda bersama GeekGarden IT Consultant!
Penulis: Sari Dewi (Content Writer)
Editor: Helmi Maulidina (SEO Specialist)