Microservices adalah pendekatan arsitektur perangkat lunak yang membagi aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang dapat beroperasi secara independen.
Setiap layanan memiliki tanggung jawab tertentu dan berkomunikasi melalui API. Dibandingkan dengan arsitektur monolitik, microservices lebih fleksibel dan skalabel.
Microservices telah menjadi standar dalam pengembangan perangkat lunak modern, terutama bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efisiensi, kecepatan, dan skalabilitas aplikasi mereka.
Dengan pendekatan ini, setiap komponen sistem dapat berkembang secara mandiri tanpa harus bergantung pada komponen lainnya. Microservices berfokus pada beberapa aspek utama, antara lain:
- Desentralisasi: Pengelolaan layanan yang tidak bergantung pada satu sistem utama.
- Skalabilitas: Memudahkan pengembangan dan penerapan layanan secara independen.
- Integrasi API: Memudahkan komunikasi antar layanan.
- Keandalan Sistem: Mencegah gangguan sistem secara keseluruhan jika satu layanan mengalami masalah.
- Peningkatan Produktivitas Tim: Karena layanan dikembangkan secara terpisah, tim dapat bekerja lebih fokus.
Contoh Penggunaan Microservices
Banyak perusahaan besar yang telah mengadopsi arsitektur microservices, antara lain:
- Netflix – Memecah sistem streaming mereka menjadi layanan-layanan kecil untuk meningkatkan kinerja.
- Amazon – Menggunakan microservices untuk mengelola berbagai fitur e-commerce mereka.
- Uber – Memisahkan layanan transportasi, pembayaran, dan pemetaan agar lebih efisien.
- Spotify – Menggunakan microservices untuk layanan pemutaran musik dan rekomendasi.
- Airbnb – Mengelola sistem pemesanan dengan layanan-layanan kecil yang saling berkomunikasi.
- Google – Menggunakan microservices untuk mengelola berbagai layanan seperti Gmail, Google Drive, dan Google Cloud.
Kelebihan pada Arsitektur Microservices

Meskipun arsitektur ini memecah satu aplikasi menjadi berbagai layanan, microservices memberikan berbagai manfaat untuk bisnis, lho! Kira-kira apa saja kelebihan dalam menerapkan layanan mikro dalam bisnis, ya? Berikut penjelasannya!
1. Skalabilitas yang Lebih Baik
Layanan mikro mempermudah perusahaan meningkatkan skala aplikasi tanpa mengganggu seluruh arsitektur sistem. Setiap layanan dapat diperbesar sesuai kebutuhan, sehingga mampu menangani traffic pengguna dengan lebih efisien.
2. Pengembangan Sistem yang Lebih Cepat dan Fleksibel
Tim pengembang dapat bekerja pada layanan yang berbeda secara paralel, sehingga dapat mempercepat proses pengembangan dan inovasi. Hal ini sangat bermanfaat bagi perusahaan yang ingin cepat beradaptasi dengan perubahan pasar.
3. Adanya Peningkatan Ketahanan Aplikasi
Tidak seperti arsitektur monolitik, jika terdapat satu layanan yang error, maka akan berdampak ke layanan lainnya.
Sedangkan arsitektur mikro, jika satu layanan gagal, layanan lainnya tetap berfungsi dengan baik, sehingga dapat mempertahankan stabilitas aplikasi. Dengan adanya isolasi layanan, gangguan kecil tidak akan berdampak besar pada keseluruhan sistem.
4. Kemudahan dalam Pemeliharaan dan Pembaruan
Setiap layanan dapat diperbarui secara independen tanpa harus menghentikan seluruh sistem. Hal ini mempermudah perusahaan untuk melakukan perbaikan bug dan pembaruan fitur dengan cepat.
5. Teknologi yang Digunakan Sesuai dengan Fungsinya
Layanan mikro memudahkan penggunaan berbagai teknologi yang paling cocok untuk setiap layanan, meningkatkan efisiensi sistem.
Misalnya, layanan yang membutuhkan kinerja tinggi bisa menggunakan bahasa pemrograman yang lebih cepat seperti Golang, sementara layanan lain bisa menggunakan Python untuk analisis data.
6. Adanya Peningkatan Kinerja pada Sumber Daya
Dengan pemisahan layanan, sumber daya sistem dapat digunakan lebih optimal sesuai dengan kebutuhan bisnis. Misalnya, layanan yang lebih sering diakses dapat dialokasikan lebih banyak sumber daya dibanding layanan lain yang jarang digunakan.
Kekurangan pada Arsitektur Microservices
Tetapi, tidak hanya kelebihannya yang beragam, layanan ini juga memiliki beberapa kekurangan. Lantas, apa saja kekurangan dari layanan mikro ini?
1. Adanya Pengelolaan Data yang Terpisah
Setiap layanan memiliki basis data sendiri, yang dapat menambah kompleksitas dalam mengelola data secara keseluruhan. Dibutuhkan sistem manajemen data yang lebih canggih untuk menjaga konsistensi dan integritas informasi.
2. Kompleksitas Pengelolaan
Dibandingkan dengan arsitektur monolitik, arsitektur mikro memerlukan strategi pengelolaan yang lebih matang. Para developer harus merancang komunikasi antarlayanan dengan baik agar tidak terjadi bottleneck atau latensi tinggi.
3. Sistem Uji Aplikasi yang Lebih Rumit
Disebabkan karena banyak layanan yang saling berinteraksi, pengujian aplikasi menjadi lebih kompleks dibandingkan sistem monolitik. Penggunaan testing automation dan monitoring yang baik sangat diperlukan.
4. Sistem Keamanan yang Lebih Sulit
Lebih banyak titik komunikasi antar layanan berarti lebih banyak celah keamanan yang harus diperhatikan. Diperlukan sistem autentikasi dan enkripsi data yang kuat untuk menghindari serangan siber.
5. Overhead Infrastruktur
Microservices membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk komunikasi antar layanan dan pengelolaan infrastruktur. Dibutuhkan manajemen yang baik agar biaya infrastruktur tetap terkendali.
Butuh Bantuan dalam Migrasi ke Microservices? GeekGarden Siap Membantu!
Itulah dia penjelasan tentang layanan mikro beserta kelebihan, kekurangan, dan contoh penerapannya di perusahaan besar.
Microservices adalah solusi modern untuk bisnis yang ingin meningkatkan efisiensi sistem IT mereka. Dengan segala kelebihan dan tantangannya, penerapan microservices harus dilakukan dengan strategi yang tepat.

Jika bisnis Anda membutuhkan arsitektur yang lebih fleksibel, aman, dan skalabel, GeekGarden sebagai perusahaan layanan IT di Jogja siap membantu migrasi sistem Anda ke microservices.
Dengan pengalaman dalam menerapkan praktik CI/CD dan Infrastructure as Code, GeekGarden dapat membantu memastikan sistem Anda menjadi lebih andal dan efisien!
Pelajari lebih lanjut tentang layanan kami atau konsultasikan segera kebutuhan spesifik Anda bersama GeekGarden!
Penulis: Sari Dewi (Content Writer)
Editor: Helmi Maulidina (SEO Specialist)